Luv you Ayah…Ibu…


Saat air mata ini tak terasa membasahi pipi, teringat akan kerepotan mereka mengurusi ku dari kecil hingga saat ini. Kasih sayangnya, sampai detik ini pun masih terasa.

Selama 9 bulan ku dikandung di dalam rahim ibu ku, dibawanya kemana saja beliau pergi. Tak peduli begitu sakit dan lelahnya dia mengandung, itulah salah satu bukti betapa besarnya kasih sayang ibu kepada ku. Kasih sayang yang melebihi kasih sayang kepada dirinya sendiri. Sampai akhirnya tiba saat kelahiran buah hatinya, ia rela mempertaruhkan nyawanya demi selamatnya nyawa ku dan aku dapat menikmati udara di dunia yang fana ini. Rasa sakit yang ia rasakan saat melahirkan, mungkin terbayarkan saat melihat ku lahir dengan selamat. Ibu selalu menjaga dari segala apa yang dapat menyakiti ku, seakan tak rela hewan sekecil apapun melukai tubuh kecil buah hatinya yang belum berdaya. Dia juga senantiasa mejaga kesehatan ku, dengan menyusui, menggendong, memandikan, diberinya pakaian yang pantas untuk diri ku agar senantiasa dalam keadaan yang bersih. Sementara ayah, dia keluar rumah setiap hari tak peduli dengan sengatan panas matahari dan dinginnya malam yang menusuk semata hanya untuk memberikan nafkah kepada keluarganya. Dia selalu berusaha untuk memenuhi kehidupan rumah tangganya, agar hidup ku dan ibu dalam kondisi yang layak.

Setiap pagi ibu selalu membangunkan ku, menyiapkan sarapan untuk ku, menyiapkan pakaian untuk ku, dan terkadang mengantarkan ku untuk pergi ke sekolah. Ibu dan ayah selalu memperhatikan ku agar terhindar dari segala sesuatu yang membahayakan ku. Sepulang ku sekolah, hidangan makan siang pun sudah tersedia di meja makan. Dengan senyuman, ibu selalu menyapa kedatangan ku. Tak terlihat begitu lelahnya beliau mengerjakan semua pekerjaan rumah sendiri. Pokoknya semua pekerjaan dia kerjakan dari bangun sampai ku tertidur lagi. Saat aku tidurpun, ibu selalu menengok dalam kamar untuk memastikan bahwa anaknya dalam kondisi yang baik-baik saja.

Ayah dan ibu membiayaiku dari sekolah sampai perguruan tinggi, semata hanya agar aku mendapat ilmu yang lebih tiggi dari mereka, agar aku dapat berguna dalam masyarakat dan agama, agar aku dapat menolong orang lain yang membutuhkan bantuanku. Mereka curahkan semua kasih sayangnya demi kebahagianku, demi keberhasilanku, demi layaknya hidupku selanjutnya. Mereka mendidikku untuk menjadi orang yang mandiri, tidak selalu bergantung kepada orang lain karena suatu saat nanti kita pasti akan berpisah dengan orang tua kita, tidak selamanya kita bersama-sama.

Tidak pantas kiranya kita kasar terhadap mereka. Ingatlah betapa berartinya mereka dalam kehidupan kita. Muliakanlah orang tua kita selagi mereka masih ada, jangan sampai kita menyesal di kemudian hari karena sikap kita kepada mereka yang mengecewakan.

Doakan pula mereka, agar senantiasa diberi pengampunan dan rezeki yang cukup. Layani pula saat kedua orang tua kita sudah lanjut usia, ingat betapa mereka melayani kita dari kita masih lemah hingga kita seperti sekarang.

Alloh SWT berfirman:
“Dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya, jika salah seorang diantara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan ‘ah’ dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka ucapan yang mulia. Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah ‘Wahai Tuhanku, kasihinilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil.’” (QS. Al-Isra:23-24)

Nabi SAW juga bersabda:
“Berbuat baik kepada kedua orang tua adalah lebih utama dari pada shalat, sedekah, puasa, haji, umrah, dan berjuang di jalan Alloh.” (Ihya’ Al-Ulum, juz 2, hal 197).

Leave a comment